Logika Dalam Ilmu Pengetahuan
LOGIKA DALAM ILMU PENGETAHUAN (SCIENSE)
Sebelum membahas peran atau kedudukan
yang menjadi relevansi logika terhadap sains, maka terlebih dahulu diuraikan
tentang Ilmu pengetahuan
atau sains (sciense).
Sains (sciense) mempunyai pengertian yang
berbeda dengan pengetahuan (knowledge atau dapat juga disebut common
sense). Orang awam tidak memahami atau tidak menyadari bahwa ilmu
pengetahuan itu berbeda dengan pengetahuan. Bahkan mugkin mereka menyamakan dua
pengertian tersebut. Tentang perbedaan antara ilmu pengetahuan dan pengetahuan.
Mempelajari
apa itu ilmu pengetahuan itu berarti mempelajari atau membahas esensi atau
hakekat ilmu pengetahuan. Demikian pula membahas pengetahuan itu juga berarti
membahas hakekat pengetahuan. Untuk itu kita perlu memahami serba sedikit
Filsafat Ilmu Pengetahuan. Dengan mempelajari Filsafat Ilmu Pengetahuan di
samping akan diketahui hakekat ilmu pengetahuan dan hakekat pengetahuan, kita
tidak akan terbenam dalam suatu ilmu yang spesifik sehingga makin menyempit dan
eksklusif. Dengan mempelajari filsafat ilmu pengetahuan akan membuka perspektif
(wawasan) yang luas, sehingga kita dapat menghargai ilmu-ilmu lain, dapat
berkomunikasi dengan ilmu-ilmu lain. Dengan demikian kita dapat mengembangkan
ilmu pengetahuan secara interdisipliner.
Ilmu
pengetahuan diperoleh dari pengalaman (emperi) dan dari akal (ratio).
Sehingga timbul faham atau aliran yang disebut empirisme dan rasionalisme.
Aliran empirisme yaitu faham yang menyusun teorinya berdasarkan pada empiri
atau pengalaman. Tokoh-tokoh aliran ini misalnya David Hume (1711-1776), John
Locke (1632-1704), Berkley. Sedang rasionalisme menyusun teorinya berdasarkan
ratio. Tokoh-tokoh aliran ini misalya Spinoza, Rene Descartes. Metode yang
digunakan aliran emperisme adalah induksi, sedang rasionalisme menggunakan
metode deduksi. Immanuel Kant adalah tokoh yang mensintesakan faham empirisme
dan rasionalisme.
-
Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan Ilmiah
Filsafat
Ilmu Pengetahuan merupakan cabang filsafat yang menelaah baik ciri-ciri ilmu
pengetahuan ilmiah maupun cara-cara memperoleh ilmu pengetahuan ilmiah.
Ciri-ciri Ilmu Pengetahuan Ilmiah adalah sebagai berikut:
1)
Sistematis.
Ilmu pengetahuan ilmiah bersifat sistematis artinya ilmu pengetahuan ilmiah
dalam upaya menjelaskan setiap gejala selalu berlandaskan suatu teori. Atau
dapat dikatakan bahwa teori dipergunakan sebagai sarana untuk menjelaskan
gejala dari kehidupan sehari-hari. Tetapi teori itu sendiri bersifat abstrak
dan merupakan puncak piramida dari susunan tahap-tahap proses mulai dari
persepsi sehari-hari/ bahasa sehari-hari, observasi/konsep ilmiah, hipotesis,
hukum dan puncaknya adalah teori.
Ciri-ciri yang sistematis dari ilmu pengetahuan ilmiah tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
a)
Persepsi
sehari-hari (bahasa sehari-hari).
Dari persepsi sehari-hari terhadap fenomena atau fakta yang biasanya
disampaikan dalam bahasa sehari-hari diobservasi agar dihasilkan makna. Dari
observasi ini akan dihasilkan konsep
ilmiah.
b)
Observasi (konsep
ilmiah).
Untuk memperoleh konsep ilmiah
atau menyusun konsep ilmiah perlu ada definisi. Dalam menyusun definisi perlu
diperhatikan bahwa dalam definisi tidak boleh terdapat kata yang didefinisikan.
Terdapat 2 (dua) jenis definisi, yaitu: 1) definisi sejati, 2) definisi
nir-sejati.
Definisi sejati dapat diklasifikasikan dalam:
1)
Definisi Leksikal. Definisi ini dapat ditemukan dalam kamus, yang biasanya bersifat
deskriptif.
2)
Definisi Stipulatif. Definisi ini disusun berkaitan dengan tujuan tertentu. Dengan demikian
tidak dapat dinyatakan apakah definisi tersebut benar atau salah. Benar atau
salah tidak menjadi masalah, tetapi yang penting adalah konsisten (taat asas).
Contoh adalah pernyataan dalam Akta Notaris: Dalam Perjanjian ini si A disebut
sebagai Pihak Pertama, si B disebut sebagai Pihak Kedua.
3)
Definisi Operasional. Definisi ini biasanya berkaitan dengan pengukuran (assessment) yang banyak dipergunakan oleh ilmu pengetahuan ilmiah.
Definisi ini memiliki kekurangan karena seringkali apa yang didefinisikan
terdapat atau disebut dalam definisi, sehingga terjadi pengulangan. Contoh:
”Yang dimaksud inteligensi dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang yang
dinyatakan dengan skor tes inteligensi”.
4)
Definisi Teoritis. Definisi ini menjelaskan sesuatu fakta atau fenomena atau istilah
berdasarkan teori tertentu. Contoh: Untuk mendefinisikan Superego, lalu
menggunakan teori Psikoanalisa dari Sigmund Freud.
- Definisi nir-sejati dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
1)
Definisi Ostensif. Definisi ini menjelaskan sesuatu dengan menunjuk barangnya. Contoh: Ini
gunting.
2)
Definisi Persuasif. Definisi yang mengandung pada anjuran (persuasif). Dalam definisi ini
terkandung anjuran agar orang melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Contoh:
”Membunuh adalah tindakan menghabisi nyawa secara tidak terpuji”. Dalam
definisi tersebut secara implisit terkandung anjuran agar orang tidak membunuh,
karena tidak baik (berdosa menurut Agama apapun).
c)
Hipotesis
Dari konsep ilmiah yang merupakan
pernyataan-pernyataan yang mengandung informasi, 2 (dua) pernyataan digabung
menjadi proposisi. Proposisi yang
perlu diuji kebenarannya disebut hipotesis.
d)
Hukum
Hipotesis yang sudah diuji kebenarannya disebut dalil atau hukum.
e)
Teori
Keseluruhan dalil-dalil atau hukum-hukum yang tidak bertentangan satu sama
lain serta dapat menjelaskan fenomena disebut teori.
2)
Dapat
dipertanggungjawabkan.
Ilmu pengetahuan ilmiah dapat dipertanggungjawabkan melalui 3 (tiga) macam
sistem, yaitu:
a)
Sistem axiomatis
Sistem ini berusaha membuktikan kebenaran suatu fenomena atau gejala
sehari-hari mulai dari kaidah atau rumus umum menuju rumus khusus atau konkret.
Atau mulai teori umum menuju fenomena/gejala konkret. Cara ini disebut deduktif-nomologis. Umumnya yang menggunakan
metode ini adalah ilmu-ilmu formal, misalnya matematika.
b)
Sistem empiris
Sistem ini berusaha membuktikan kebenaran suatu teori mulai dari gejala/
fenomena khusus menuju rumus umum atau teori. Jadi bersifat induktif dan untuk
menghasilkan rumus umum digunakan alat bantu statistik. Umumnya yang
menggunakan metode ini adalah ilmu pengetahuan alam dan sosial.
c)
Sistem
semantik/linguistik
Dalam sistem ini kebenaran didapatkan dengan cara menyusun
proposisi-proposisi secara ketat. Umumnya yang menggunakan metode ini adalah
ilmu bahasa (linguistik).
3)
Objektif atau
intersubjektif
Ilmu pengetahuan ilmiah itu bersifat mandiri atau milik orang banyak
(intersubjektif). Ilmu pengetahuan ilmiah itu bersifat otonom dan mandiri,
bukan milik perorangan (subjektif) tetapi merupakan konsensus antar subjek
(pelaku) kegiatan ilmiah. Dengan kata lain ilmu pengetahuan ilmiah itu harus
ditopang oleh komunitas ilmiah.
0 komentar:
Posting Komentar