Referensi menyimak
1. Suasana
defensif
Suasana defensif adalah situasi
bertahan yang diterapkan dalam perjalanan hidup manusia apabila tidak ingin
menemui jalan yang gagal, kekalahan, atau kehancuran sekali pun.
Adapun pesan-pesan yang tersirat
dalam suasana defesif adalah;
Ø Evaluatif
: Hal ini biasanya terjadi pada penyimak seksama yang secara sadar atau tidak
sadar memancing penilaian dari sang penyimak.
Contoh
: Kami akan menunjukkan kepada anda, apakah anda orang saleh atau tidak.
Ø Mengawasi
: Pesan-pesan yang disampaikan oleh sang pembicara adakalanya membuat para
penyimak bersiap-siap untuk mengontrol benar-tidaknya, tepat-melesetnya,
jujur-tidaknya, objektif-objektifnya ujaran itu.
Contoh
: Saudara-saudara, dengan tegas saya katakan bahwa saya adalah orang yang saleh
dan baik hati serta tidak pernah mementingkan diri sendiri. Nah sudah
sepantasnya saya dipilih dan saya akan memajukan desa ini sekuat tenaga saya.
Ø Strategis
: Adakalanya pesan-pesan yang disampaikan oleh seseorang dalam ujaran atau
pidatonya , secara sadar atau tidak sadar, membuat para penyimak siap untuk
memasang kuda-kuda siasat atau pertahan yang bersifat strategis.
Contoh
: Bapak-bapak, saudara-saudara, dan ibu-ibu. Turutilah cara saya dan kalian
akan mendapatkan hasil yang baik, sebab saya telah merancang rencana itu sekian
lama dan sangat diyakinkan akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Ø Netral
: Tidak jaran pesan-pesan yang disampaikan atau dikemukakan oleh pembicara
merangsang para penyimak untuk bertindak atau berpikir secara netral, tidak
memihak pada orang atau golongan tertentu.
Contoh
: Saudara-saudara harus tahu, saya tidak mau tahu dengan masalah orang itu apa
gunanya saya melibatkan diri ke dalam persoalan yang ujung pangkalnya saya
tidak tahu, urus diri sendiri saja saya masih banyak masalah.
Ø Superior
: Orang yang menganggap bahwa dirinya unggul dari segala hal daripada orang
lain.
Contoh
: Kamu harus tahu dan harus sadar bahwa saya itu jauh lebih baik daripada
kalian. Ya atau tidak! Cobalah kalian pikirkan, saya adalah orang kota
sedangkan kalian hanyalah orang kampung., semua anak saya sudah sarjana
sedangkan anak kalian pengangguran. Jadi jangan bermimpi untuk bisa menyaingi
saya.
Ø Pasti
dan tentu : Sang pembica mengemukakan sesuatu yang pasti, yang sudah tertentu, memancing dan merangsang para
penyimak untuk bersifat bertahan atau defensif.
Contoh : Engkau boleh pilih:
mengaku atau saya pancung kepalamu! Saya hanya bisa memberi pilihan tidak ada
cara lain, hanya itu! Bagaimana, beri jawaban yang tegas.
2. Suasana suportif adalah suasana
komunikasi yang bersifat mendukung atau yang menunjang yang timbul dari pesan-pesan
yakni;
Ø Deskripsi
: Suasana menyimak yang dapat
berupa komunikasi suportif apabila sang pembicara dalam ujarannya yang
mengimplikasikan pemberian atau deskripsi yang lebih banyak.
Contoh : Saudara-saudara
yang saya hormati, tadi saya telah memaparkan secara sepintas kehidupan desa
ini, tapi saya rasa apa yang tadi saya ungkapkan masih jauh dari apa yang kita
sebut memuaskan. Oleh sebab itu saya rasa saudara dapat membantu saya karena
saudara mungkin banyak lebih tahu dibanding daripada saya sebab saudara sendiri
yang tinggal di kampung ini. Jadi berikanlah saya lebih banyak data dan
penjelasan tentang kampung ini dilihat dari faktor pendidikan, kesehatan,
kebersihan, dan lain-lainnya.
Ø Orientasi permasalahan : Ujaran atau pembicaran yang
berorientasi pada berbagai permasalahan pun dapat menjelma menjadi suasana
menyimak yang suportif pada pihak penyimak.
Contoh : Tadi telah saya
kemukakan berbagai kemajuan yang telah dicapai pada desa kita ini. Sekarang,
setelah anda mendengar uraian singkat tadi mungkin timbul berbagai persoalan
atau problem, tolong kemukakan kepada saya problem apa apa itu agar kita
masing-masing mendapatkan solusinya.
Ø Spontanitas : Sang pembicara yang dapat memanfaatkan
unsur spontanitas dalam ucapannya jelas akan membuat para penyimak lebih mudah
mencerna dan menangkap isi pesan-pesan yang disampaikannya.
Contoh : Saudara-saudara
para karyawan yang saya cintai, apa yang dapat kita lakukan sekarang mengenai
kesejahteraan karyawan, masalah pemutusan hubungan kerja? Mari kita pikirkan
bersama-sama hal ini. Tanpa karyawan yang sejahtera, mustahil perusahaan ini
akan sukses tanpa kemajuan perusahaan, mustahil karyawan bisa jadi sejahtera
lahir batin.
Ø Empati : Bagaimana seorang pembicara diupayakan agar
pada saat penyampaian pesan-pesannya diharapkan tegas, karena hal itu dapat
meimbulkan dampak yang sangat baik bagi para penyimak dalam menangkap apa-apa
saja yang kita paparkan kepada mereka.
Contoh : Kita tidak ingin
dicaci atau difitnah tanpa alasan yang dapat diterima oleh akal sehat. Kita pasti
akan memberontak karena kita betul-betul dihina. Padahal kita ini adalah insan
Tuhan yang mempunyai budi dan kepribadian.
Ø Ekualitas : Unsur ini diharapkan dapat dimanfaatkan
sebaik-baiknya oleh sang pembicara untuk menarik minat para penyimak terhadap
pesan-pesan yang akan disampaikan.
Contoh : Saudara-saudara,
memang dua atau lebih ide jauh lebih baik dari satu saja. Namun yang jadi
masalah sekarang apa yang seharusnya kita lakukan bersama demi kemakmuran
daerah ini. Apa yang dapat kita lakukan untuk memerangi kemiskinan dan
penderitaan di daerah kita ini? Mari saudara-saudara kita bergotong royong dan
bekrja sama demi masa depan putra-putri kita kelak.
Ø Provisionalisme : Unsur ini dapat dimanfaatkan oleh
pembicara untuk menarik minat pendengar atau penyimak dengan cara ketepatan dan
ketentuan pada saat berpidato atau berbicara walaupun sifatnya hanya sementara.
Contoh : Melihat penyakitmu
yang menahun, maka cara yang terbaik adalah berobat ke dokter spesialis dokter
ahli, masalah uang pengobatan jangan kuatir, saya akan menolongmu. Besok pagi
kita sama-sama pergi ke dokter di kota. Dan semoga penyakitm ini bisa cepat
sembuh dan kembali bekerja seperti biasa.
3. Saran praktis meningkatkan keterampilan menyimak
Penyimak
yang baik adalah ketika si penyimak dapat memposisikan dirinya sebagai
pembicara tersebut dan dapat memahami apa yang diakatakannya serta dapat
menginterpretaikannya.
Berbagai
saran untuk meningkatkan keterampilan menyimak yakni;
Ø Bersikaplah secara positif
Kita harus beranggapan bahwa
sang pembicara adalah orang penting dan menarik, orang yang banyak pengetahuan
dan akan menyajikan bahan-bahan dan gagasan yang berguna dan menyenangkan bagi
kita.
Ø Bertindaklah responsif
Kita harus
bersungguh-sungguh memperhatikan sang pembicara menuturkan isi pembicaraannya
dengan gerak-gerik yang waspada agar si pembicara merasa diperhatikan, dan
seterusnya pastilah terjadi saling pengertian antara si pembaca dan si
penyimak.
Ø Cegahlah gangguan gangguan
Agar dapat menjadi penyimak
yang baik kita dituntut harus mampu menghindari segala gangguan-gangguan yang
menimpa kita agar si pembicara merasa tidak tak dihargai pada saat berbicara.
Ø Simak dan tangkaplah maksud pembicara
Kita harus mampu memahami
apa isi atau maksud yang hendak pembaca paparkan kepada kita.
Ø Carilah tanda-tanda apa yang akan datang
Carilah tanda-tanda apa yang
akan kemudian dipaparkan oleh sipembaca agar kita bisa langsung masuk ke sub
inti maksud isi cerita si pembaca.
Ø Carilah rangkuman pembicaraan terlebih dahulu
Kita dituntut untuk
mengetahui point-point penting apa-apa saja yang telah disampaikan oleh si
pembicara atau si pembaca agar kita dapat mengetahui keseluruhan isi dari
pesan-pesan tersebut.
Ø Nilailah bahan-bahan penunjang
Dalam hal ini si ppenyimak
dituntut agar menilai hal penting yang disampaikan oleh ipembaca agar nantinya
bisa mempertanyakan hal-hal yang kurang jelas, hingga si pembicara akan merasa
bahwa bahan yang disampaikannya ternyata anda berminat untuk mengetahuinya
lebih mendalam lagi.
Ø
Carilah
petunjuk-petunjuk nonverbal
Gaya, mimik, gerak-gerik dan
gerakan si pembicara merupakan bagian vital dari pesannya. Bersiap-siap terhadap tanda-tanda
yang nonverbal ini akan membantu anda untuk memahami bagaimana gagasan itu
terasa bagi sang pembicara.
4.
Upaya
menyimak tepat guna
Ø
Kembangkanlah
suatu kemauan atau kesudian menyimak
Ø
Menyimaklah
lebih lama
Ø
Menyimaklah
lebih sering
Ø
Menyimaklah
dengan penuh respek
Ø
Menyimaklah
dengan umpan umpan balik
Ø
Menyimaklah
tanpa penilaian atau keputusan yang prematur
Ø
Menyimaklah
dengan tenang hati dan tenggang hati
Ø
Menyimaklah
secara analisis
Ø
Menyimaklah
tanpa keadaan membela diri
Ø
Menyimaklah
dengan prasangka dan streotip yang minim
Ø
Simaklah
tanda-tanda nonverbal dan carilah hal-hal yang tidak konsekuen
5.
Aneka
kendala menyimak efktif
Ø
Keegosentrisan
: Adalah sifat yang mementingkan diri sendiri, sifat ego yang selalu memusatkan
diri sendiri, mungkin saja cara hidup bagi sementara orang dalam kondisi
temporer saja.
Ø
Keengganan
ikut terlibat : Keengganan menanggung resiko akan menghalangi kegiatan menyimak,
keterlibatan diri sendiri adalah salah satu diantaranya. Keengganan ikut
terlibat dengan orang lain memang merupakan suatu kendala atau penghalang
kegiatan menyimak yang efektif .
Ø
Ketakutan
akan perubahan : Segala berubah tidak ada yang tetap, jadi hal-hal yang tidak
kita tahu menjadi tahu karena di dalamnya kita juga sudah menjalankan yang
namanya belajar, namun ada sebagian orang yang tak ingin berubah, sebab dia
merasa pikirannya siracuni dengan doktrin-doktrin yang salah misalnya.
Ø
Keinginan
menghindari pertanyaan : Biasanya ada orang yang ketika si pembaca atau si
pembicara telah selesai memapaparkan isi pesannya, biasanya para penyimak akan
dimintai pertanyaan seputar dari pembahasan tadi dan dai tidak siap untuk itu
makanya dia menghindari pertanyaan tersebut.
Ø
Puas
terhadap penampilan eksternal : Ketika para penyimak lain menganggukkan kepala
kita juga ikut menganggukkan kepala karena kita pikir apa yang dia paparkan
memang benar adanya, padahal bisa saja apa yang dia sampaikan itu keliru atau
tidak sesuai dengan pemikiran kita, namun kita hanya ikut-ikutan dengan yang
lain atau kita segitu mudahnya dengan kepuasaan.
6.
Perilaku
menyimak
a.
Menyimak
faktual
Penguasaan yang mantap
terhadap teknik-teknik menyikmak faktual ini justru memudahkan sang penyimak untuk
menangkap serta memahami fakta-fakta, konsep-konsep, serta informasi yang
disampaikan oleh si pembicara.
Perlu kita ketahui
benar-benar bahwa menyimk faktual menuntut empat keterampilan yaitu;
Ø
Kita
harus melibatkan diri secara total pada situasi komunikasi.
Ø
Kita
harus menguasai seni atau kiat pembuatan catatan yang tepat guna.
Ø
Kita
harus mencari serta menganalisis sarana-sarana penunjang yang diutarakan oleh
si pembicara.
Ø
Kita
harus mencari pola organisasi dan struktur keseluruhan sang pembicara.
b.
Menyimak
empatik
Menyimak empatik adalah cara
untuk memahami sikap psikologis dan emosional sang pebicara dan bagaimana sikap
tersebut mempengaruhi ujaran si pembicara. Menyimak empatik ini juga biasa
disebut dengan menyimak aktif atau menyimak pemahaman.
Ada beberapa perilaku yang
dituntuk dalam kegiatan menyimak empatik ini yakni;
Ø
Memperhatikan
isyarat-isyarat nonverbal
Ø
Menempatkan
diri pada posisi orang lain
Ø
Memusatkan
perhatian pada pesan, bukan pada penampilan
7.
Meningkatkan
perilaku menyimak
Setiap
orang yang menjadi penyimak yang unggul haruslah meningkatkan perilaku menyimak
dalam dirinya. Memang banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai maksud
baik itu. Di bawah ini kita kemukakan beberapa langkah khusus untuk
meningkatkan keterampilan menyimak yakni;
Ø
Menerima
keanehan sang pembicara
Ø
Memperbaiki
sikap
Ø
Memperbaiki
lingkungan
Ø
Jangan
dulu memberikan pertimbangan
Ø
Meningkatkan
pembuatan catatan
Ø
Menyaring
tujuan-tujuan menyimak yang spesifik
Ø
Memanfaatkan
waktu secara bijaksana
Ø
Menyimak
secara rasional
Ø
Berlatih
menyimak bahan-bahan yang sulit
Agar tujuan dapat tercapai
maka siasat-siasat menyimak berikut dapat digunakan;
a.
Buanglah
prasangka yang ada
b.
Manfaatkanlah
umpan balik yang nonverbal
c.
Gunakanlah umpan balik verbal
d.
Kemukakanlah
pertanyaan-pertanyaan yang jitu dan tepat guna
e.
Praktekkanlah
aneka tipe menyimak yang berbeda-beda, sesuai dengan situasi dan tujuan.