Puisi Benarkah Itu Cinta
Di saat bibir ini tak mampu tuk mewakilinya
Maka hanya dengan air mata tuk melegahkannya
Tapi ku rasa itu belum cukup
Sebab setiap kali tubuh ini menangis
Hanya wajah merahnya yang tersandung oleh pikiran suciku
Apakah yang sedang ku alami kini
Bahkan andaikan TUHAN pun tak mampu
Maka dia kan jadi Peri Benalu di hatiku
Wajarkah bila ia ku sebut derita
Namun ia seolah-olah harapan tuk kebahagiaanku
Sungguh putih derita ini
Memaksaku tuk memendam rasa sebenarnyaKu padanya
Hingga jauh dari detak jantungku
Ia ibarat air di Gurung Lija
Semakin jauh berarti mati, semakin dekat maka sama saja
Sebab ia mampu robohkan hati dan jiwa ini
Benarkah itu Cinta...?
Maka hanya dengan air mata tuk melegahkannya
Tapi ku rasa itu belum cukup
Sebab setiap kali tubuh ini menangis
Hanya wajah merahnya yang tersandung oleh pikiran suciku
Apakah yang sedang ku alami kini
Bahkan andaikan TUHAN pun tak mampu
Maka dia kan jadi Peri Benalu di hatiku
Wajarkah bila ia ku sebut derita
Namun ia seolah-olah harapan tuk kebahagiaanku
Sungguh putih derita ini
Memaksaku tuk memendam rasa sebenarnyaKu padanya
Hingga jauh dari detak jantungku
Ia ibarat air di Gurung Lija
Semakin jauh berarti mati, semakin dekat maka sama saja
Sebab ia mampu robohkan hati dan jiwa ini
Benarkah itu Cinta...?
0 komentar:
Posting Komentar